intro..

Saya dedikasikan blog ini kepada :

Hidup saya yang berantakan…

Ornag-orang yang telah membuatnya berantakan…

Dan, orang-orang yang telah saya buat berantakan…

Tanks..thanks again.

Sabtu, 26 November 2011

suatu hari saat saa jauh dari peradaban


Monster X       : Cuma mau bilang ada pelangi keren, coba liat langit deh.
Saya                 : Cuma mau bilang, ada hujan lebat di luar…
                         Tapi tetesannya terlalu dingin untukku yang membeku di satu sudut.
                         Hmmm….terlalu beku seperti aku di hujani seribu jarum.
(maaf atas keterlambatan saya, saya benar2 baru menginjak tanah peradaban dan   membutuhkan waktu untuk berfikir)
Monster X       : masih menggugat alam kah?
                         Atau sudah kembali mengaitkan wajah-wajah di jendela kamar?apasih.
                        Yang kalian cari di antara rerimba sepi berkabut itu?
                        Lantas, apa kalian bisa mengantonginya?
Saya                 : ketika, aku menari…
                         Aku mencari wajah wajah kabut malam.hanya ada kelam
                         Seperti aku akan buta karenanya, olehnya aku benci
                         Dan rimba berkabut memberiku jawab tanpa harus menunggu dan buta.
                         Aku cinta…
Monster X       : apa kalian membersihkan puncak-puncak bukit?
                         Apa kalian memunguti plastic dari tanah hutan yang busuk?
                         Tapi knapa kalian tidak terjun kekota: belantara sesungguhnya.
Tempat benteng berbaju. Tempat sampah berjalan. Tempat kuman penyakit   berpesta pora. Kenapa tidak ke jalan-jalan berdebu?apa kalian ingin jadi sufi?
 Atau kalian terlalu pengecut?cinta? pecinta alam?
 Alam yang mana satu?
Saya                 : kamu terlalu benar…
Hingga aku kmbali terdiam di satu sudut dan memunguti tanah lembab tempat    air mata jatuh. Hanya mendiaminya.
Tapi aku tidak pengecut untuk bersuara.
Terimakasih untuk sebuah “inspirasi tak bertepi”
Sungguh, mata ku nanar sekarang.
Monster X       : baiklah…
                         Gigil kamarku demi dilihatnya gerimis ini.
                         Dan aku…
Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya: di bawah mendung  kamu begitu cantik.
Saya                 : demi tertahannya gerimis ini dari mencipta dingin.
                         Aku terperangkap dalam gigilku sendiri.
                         Semakin beku…
                        Semakin kaku…
                        Aku datang atas nama hujan. Dan kini pudar karena pelangi menghapusnya.
                        *jangan mengosongkan arti dari kata2. Sebab aku benci*
Monster X       :  ah..ah…
                         Bukankah hujan akan membumi, membasahiku dari kran.
Melepas dahagaku dari bibir gelas, akan ku belai sebagai sebagai embun di bawah fajar. Bukan kah? Mendung dan ujan akan abdai dengan caranya sendiri.
Monster X       : kupunguti jejaku di koridor siang ini..ketika orang-orang sibuk mengusir tawa   mereka mengusir dingin. Satu-satu langkahmu kucerap. Sebisa mungkin ku resap. Semata karena aku butuh citramu.
Saya                 :dinding ini tertutup antara dingin dan kelam.
                         Lampu mati..jiwa mati.. raga sepi dan terhempas airmata jingga.
                        Kabur ruang penuh asap penjelma.
                         Dari mana?
                         Pukul saja batok kepala agar puas dan sadar kalau kita sedang tertidur.
                        Bangun…
                        Agar kita tau dan semakin buta…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar